Selasa, 20 Januari 2015

Malu

Pada tiap-tiap jatah nafas, yang terus berulang.
Jantung berdetak, tiada kurang.
Mata berkedip tanpa komando, terus mengabdi.
Ku lihat, ada wujud cinta dari sang Pemilik
Langit dan Bumi.
masih kah begini sombongnya diri, untuk tidak lagi mensyukuri dan mencintai.

Pada tiap-tiap keadaan, telah Dia ukur dengan cinta.
Tangan masih layak bekerja
Kaki sanggup berlari ria
Disetiap lisan yang terkadang durhaka
Masih ada waktu tuk perbaiki diri yang hina

Masih kah ada wajah lain yang kau rindu selain Dia?
Masih kah ada harapan lain selain pengharapan padaNya?
Masihkah ada niat lain selain karenaNya?

Malu....
Habis sudah, aku malu...
Menendang angin, memeluk suara hujan sudah tak guna
Biar banyu cinta di sajadah lembab menjadi saksi atas sesal harap terampuni
Selama nafas masih berulang dan tak sampai henti di kerongkongan
Detik itu pula Al-Ghofur tak kan menutup taubat milikNya



Minggu, 04 Januari 2015

belajar untuk selalu menjadi pribadi pembelajar.

belajar itu tidak melulu harus ada kursi meja, papan tulis, dan guru yang memakai seragam dinas dalam mengajar. tapi, belajar itu adalah sebuah kemauan dalam diri untuk menjadi yang lebih baik, mengerti bahwa tidak bisa menjadi bisa.
Dalam dunia biologi, otak kita terdiri dari sel saraf yang disebut dengan Neuron. Neuron-neuron ini terpisah dan memiliki celah yang disebut dengan Sinapsis, sinapsis ini akan terubung dari satu neuron dengan neuron lain yang akan mengirimkan informasi. informasi yang masuk disebut dengan Impuls yang biasanya dalam bentuk sinyal listrik, nah disinilah pusat koordinasi, ketika impuls itu baik maka otak kita akan merespon baik dan hal baik lah yang akan dilakukan oleh tubuh. 
ingat kan nasihat Baginda Rosulullah SAW bahwa barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu maka akan Allah mudahkan jalannya menuju Surga?  begitu mulia seseorang yang menuntut ilmu, sampai-sampai telah dimudahkan oleh Sang Pemilik Ilmu untuk menuju surga. 
belajar juga bisa dari seorang ibu-ibu setengah baya yang naik bus, menggendong anak di pangkuan dan bernyanyi diantara para penumpang bus. saat itu, perjalanan tangerang-serang menghantarkan ku pada sebuah realita kehidupan bahwa hidup itu harus bekerja keras, harus ada pengorbanan sebelum menikmati manis buahnya. tak perlu malu, jangan malas dan teruslah berusaha. padahal kala itu, salah satu penumpang bus (Re: saya ) sedang lelah dengan kehidupan, tapi semangat itu hadir lewat pengamen, menjual suara yang merdu di atas bus. 
belajar juga bisa lewat tukang petis, saat itu saya bertugas membeli buah-buahan dalam acara Rujak Party, bertemulah saya dengan seorang tukang petis di dekat sekolah, dengan harga yang tidak sebanding dengan jumlah, begitu dermawan sekali tukang petis itu kepada kami. dan ia berkata kepada pelajar putih abu-abu ini "hidup itu kan nyari berkah de, yang penting Allah ridho ya" se beginikah tingkat syukur seseorang yang kadang kita memang tak melihat, tapi itu semua tercermin dalam sikap. itu semua karena kedalaman ilmu, ke dalaman akhlak.